Wellcome Bunda

selamat datang ayah dan bunda..kami komite sekolah PAUD AISYIYAH NURAINI JOGJA mencoba sharing bersama tentang hal-hal terkait tumbuh kembang anak kita. blog ini tersedia bagi para ayah dan bunda yang ingin lebih tahu akan perkembangan anak-anaknya dan bagi ortu yang tidak sempat datang di acara "PARENTING" yang diadakan setiap bulannya disekolah kami.
monggo..silahkan dibaca.

Rabu, 04 April 2012



Orangtua Harus Tahu Cara Tepat Menghadapi Anak Kejang
Para orangtua penting mengetahui cara menangani anak yang mengalami kejang demam, khususnya balita. Karena hal tersebut bisa berakibat fatal bagi perkembangan balita, bahkan bisa menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan. Hal tersebut ditegaskan dr Fedrick Hendrik selaku Group Product Manager Pt Actavis Indonesia dalam acara talk show bartajuk Cerdas Atasi Kejang Demam Si Kecil, di Hotel Aryaduta Medan, Sabtu (3/3). "Begitu banyak hal yang perlu diketahui orangtua dalam memberikan pertolongan pertama untuk si buah hati, orang tua harus tahu cara yang tepat untuk menangani masalah tersebut," katanya.
Sementara itu, dr Yazid Dimyati SpA(K), dokter spesialis anak mengatakan, kejang merupakan kondisi darurat yang sering dijumpai pada anak. Kejang adalah manifestasi klinis akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan di otak, dapat berupa gerakan tangan/kaki yang tidak terkendali, gangguan sensorik ataupun perilaku.
“Kejang pada anak dapat terjadi secara berulang tanpa penyebab, dengan interval waktu lebih dari 24 jam disebut epilepsi. Kejang tersebut merupakan hal yang menakutkan dan sering berulang di rumah, oleh karenanya peran orangtua sangatlah diharapkan,” ujar Yazid yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDI) Cabang Sumatera Utara.
Dijelaskannya, jenis kejang dapat beragam, serta sejumlah karakteristik pembedanya, diantaranya bila kejang akibat infeksi susunan saraf pusat, umumnya tidak akan berulang. Namun bila kejang terjadi saat demam akibat proses diluar otak disebut kejang demam dan kejang dapat sering berulang sampai usia 5 tahun. Sedangkan jika kejang tanpa demam dan pernah berulang disebut epilepsy dan kejang dapat berulang kapan saja.
Selain itu, kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak usia 6 bulan-5 tahun. Usia tersering dari 17-23 bulan, dimana 80% di antaranya merupakan kejang demam sederhana dan sisanya 20% kejang demam kompleks.
Kejang demam memang harus diwaspadai karena dari 20 persen merupakan kejang demam komplek dan 8 persen diantaranya kejang terjadi lebih dari 15 menit, 16 persen lainnya kejang berulang dalam waktu 24 jam, dan 2-4 persen adalah kasus kejang demam menjadi epilepsi, hingga pada usia kurang dari 1 tahun sulit dibedakan dengan infeksi Susunan Saraf Pusat (meningitis, ensefalitis),” jelasnya.
Dia menambahkan, dalam menghadapi anak kejang, sebaiknya orangtua jangan panik, namun jangan pula meremehkannya, dan apabila terjadi kejang demam pada anak, maka orangtua perlu mempersiapkan obat penghenti kejang (diazepam rectal), thermometer, dan obat demam.
Selain itu, beritahukan kepada keluarga bahwa kejang anak dapat berulang, ajarkan orang di rumah (pengasuh/anggota keluarga) cara memakai obat kejang, serta pastikan ke dokter apakah anak terserang kejang atau bukan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar