Wellcome Bunda

selamat datang ayah dan bunda..kami komite sekolah PAUD AISYIYAH NURAINI JOGJA mencoba sharing bersama tentang hal-hal terkait tumbuh kembang anak kita. blog ini tersedia bagi para ayah dan bunda yang ingin lebih tahu akan perkembangan anak-anaknya dan bagi ortu yang tidak sempat datang di acara "PARENTING" yang diadakan setiap bulannya disekolah kami.
monggo..silahkan dibaca.

Sabtu, 26 Mei 2012

Ketika anak berbohong





  • pinokio.jpgAnda sudah melakukan berbagai cara untuk mengantisipasi agar si kecil tidak berbohong. Tapi kali ini Anda curiga ia berbohong. Anda betul-betul penasaran dan berusaha membuatnya mengaku. Tapi semakin Anda berusaha, ia justru semakin teguh mempertahankan kebohongannya. Nah, jangan-jangan itu bukan karena ia pembohong, tapi cara Anda merespon yang kurang tepat. Anda bisa menyimak contoh berikut:
  • Temannya punya anak anjing yang sangat lucu. Si kecil tahu-tahu bilang, “Aku juga punya anak anjing lucu banget di rumah.” Padahal, ia sama sekali tak punya binatang peliharaan. Si kecil melakukan ini mungkin karena betul-betul ingin anak anjing juga, sehingga ia berfantasi dan lupa realita sebenarnya, atau ia ingin dianggap hebat oleh temannya. Jangan katakan, “Sayang, kamu kan nggak punya anak anjing?” Tapi katakan saja, “Sepertinya kamu betul-betul ingin anak anjing seperti punya Diana, ya? Coba cerita deh, anak anjing seperti apa yang kamu inginkan?” Jangan terlalu lama meneruskan pembicaraan tentang anak anjing, usahakan ganti topik segera.
  • Si kecil minta ijin untuk menggambar di buku gambarnya, namun kemudian Anda menemukan beberapa coretan baru di dinding. Begitu ketahuan, ia langsung menceritakan betapa nakal adiknya – yang saat itu sedang tidur nyenyak. Besar kemungkinan sebetulnya ia cemburu dengan adiknya. Daripada langsung berteriak, “Kamu si tukang bohong! Bilang saja kamu yang melakukan!” lebih baik katakan saja apa mau Anda, “Tidak ada yang boleh mencoret dinding, kalau ada yang mau mencoret, kamu bisa tolong Mama untuk mengingatkan dia.”
  • Ia mendapat nilai ulangan jelek. Alih-alih mengaku, ia malah menyembunyikan kertasnya di tas dan baru Anda ketahui ketika mengecek apakah buku pelajaran besok sudah dibawa semua. Sepertinya ia takut dimarahi dan dihukum oleh Anda. Kalau Anda biarkan kebohongan ini terjadi terus, ia tidak akan belajar menerima dan mengatasi keadaannya. Jadi daripada langsung memarahi, “Kamu sengaja ya menyembunyikan nilai jelekmu, ketahuan tau! Makanya, belajar yang bener!” lebih baik Anda berikan penerimaan dan beritahu jalan keluarnya, “Sayang, Mama menemukan hasil ulangan kamu. Sepertinya kamu kesulitan ya mengerjakan ulangan ini. Kamu mau mama bantu belajar?”
  • Ketika ketahuan bohong lagi, jangan langsung katakan, “Tuh kan, apa Mama bilang, kamu sukanya bohong, kan.” Justru Anda perlu menunjukkan ia bisa bicara jujur, “Sayang, kamu ingat nggak, ketika kamu …. Saat itu kamu jujur, dan Mama bangga sekali sama kamu.”
  • Jika Anda tidak yakin apakah anak berbohong atau tidak, jangan langsung menuduhnya, “Kamu lagi bohong ya? Coba bilang yang jujur.” Katakan saja dengan sabar, “Mama agak bingung dengan ceritamu. Coba duduk sebelah Mama, Mama ingin dengar lagi bagaimana kejadiannya.” Jika dia konsisten, kemungkinan dia tidak bohong.



Anda sudah melakukan berbagai cara untuk mengantisipasi agar si kecil tidak berbohong. Tapi kali ini Anda curiga ia berbohong. Anda betul-betul penasaran dan berusaha membuatnya mengaku. Tapi semakin Anda berusaha, ia justru semakin teguh mempertahankan kebohongannya. Nah, jangan-jangan itu bukan karena ia pembohong, tapi cara Anda merespon yang kurang tepat. Anda bisa menyimak contoh berikut:

Menurut Marilyn LaCourt, terapis keluarga, memergoki anak berbohong bukanlah cara yang paling efektif untuk menghentikan mereka dari kebohongan. Elizabeth Pantley, penulis buku Perfect Parenting and Kid Cooperation menambahkan, mengajar anak bicara jujur memang butuh banyak waktu dan kesabaran. Jadi, kalau besok atau minggu depan atau bulan depan Anda menemui situasi ini lagi, yah, begitulah anak-anak.




1 komentar:

  1. Kita sebagai ortu biasanya memang hafal dgn prilaku anak kita, baik pas dia jujur atau pas tdk... Hanya saja kadang kita mudah tersulut emosi atas prilaku negatif anak kita ; dgn ungkapan " tu kan...!, apa ibu bilang...! makanya...!
    Sehingga ungkapan yg gak nyaman ditelinga mereka itu di antisipasi dgn " sedikit bohong"...
    Sesungguhnya juga, anak gak akan cari2 dalih untuk berbohong kalau saja kita mau sedikit mengerti dgn apa yg mereka butuhkan atau rasakan...dgn tetap tenang tentunya...
    Bayangkan! seorang anak yg terjatuh saat kejar2an sambil tertawa-trtiwi dgn temanya sampai terluka pun, tdk akan dia bilang sakit... walau berdarah sekalipun... ini dia ungkapkan agar dia tetap boleh menruskan keasyikkanya kejar2an tadi... Betul tdk Bu?

    BalasHapus